Senin, 15 Februari 2016

TRADISI TATO SUKU DAYAK

Melihat orang dengan tubuh bertato bagi sebagian orang merupakan sebuah hal yang tidak wajar atau tabu. Sebagian orang lagi melihat tato sebagai sebuah karya seni yang menarik. Namun bagi orang dari Suku Dayak Kalimantan, tato tidak hanya dipandang sebagai sebuah karya seni saja.

Tato bagi Suku Dayak merupakan seni gambar yang tidak terpisahkan dari tubuh mereka. Tato mempunyai filosofi dan makna yang sakral akan budaya – tradisi Suku Dayak Kalimantan. Namun tidak seluruh Suku Dayak di Kalimantan masih menerapkan tradisi seni tato tubuh ini.

Sebagai contoh, tradisi rajah tabuh ini masih melekat di masyarakat Dayak Iban di Kabupaten Kapuas Hulu, Kalbar. Contoh tato Suku Dayak Iban ini seperti pada Panglima Dayak Edy Barau yang meninggal beberapa waktu lalu. Seluruh bagian tubuh beliau di penuhi dengan goresan seni tato tradisional.

Fungsi tato pada zaman sekarang memang sudah berubah. Dahulu tato tidak dibuat secara sembarangan hanya dibuat pada kaum lelaki yang sudah melakukan banyak perjalanan, berjasa, dan banyaknya memenggal kepala musuh saat berperang (Ngayau). Sekarang tato dibuat secara bebas baik di tubuh lelaki maupun perempuan.

Setiap motif tato memiliki arti yang berbeda dan peletakannya juga tidak boleh dilakukan sembarangan.
Ketika pembuatan tato para keluarga biasanya dilarang keluar rumah agar tidak terjadi sesuatu yang buruk menimpa pemilik tato. Menurut kepercayaan tato berwarna hitam akan berubah menjadi warna emas dan menjadi penerang jalan menuju keabadian setelah mereka mati.

Bentuk dan gambar tato pada Suku Dayak umumnya merupakan perwujudan benda-benda alam seperti burung enggang yang mewakili dunia atas, katak yang mewakili dunia bawah, serta beberapa motif seperti motif bunga terong, cabang pohon dan berbagai bentuk-bentuk lain yang di ambil dari alam. Selain itu dikenal juga tutang bajai (tato buaya), gambar naga, saluang murik, api, palapas langau (sayap lalat), manuk tutang usuk, matan punei (mata burung punei), manuk tutang penang, lampinak (seperi salib), tutang tasak bajai dinding.

Peletakan tato pada tubuh juga mempunyai makna yang berbeda. Seperti pada tato yang terdapat di jari-jemari tangan menunjukkan bahwa si pemilik adalah orang yang banyak berjasa dalam tolong-menolong. Tato Bunga Terung atau bunga terong dengan gambar tali nyawa dibagian tengah merupakan penanda bahwa seorang lelaki dari suku dayak telah memasuki masa usia dewasa. Tato motif muka harimau di bagian paha menunjukkan status sosial yang tinggi bagi pemiliknya. Sedangkan tato bermotif ukir rekong yang terletak di leher berfungsi untuk memberikan kekuatan pada tenggorokan atau berfungsi sebagai pelindung agar tidak di penggal oleh Mandau musuh.

Cara pembutan tato Suku Dayak masih sangat tradisional, menggunakan bahan-bahan alam dan alat manual buatan tangan. Tintan pembuatan tato menggunakan jelaga yang berwarna hitam peka. Sale damardigunakan untuk membaluri luka bekas jarum.

Pembuatan tato tradisional ini tidak kalah menyakitkan dari tato menggunakan mesin. Bagaimana tidak, proses tato tradisional Suku Dayak ini mencacah kulit dengan mata tutang (jarum) dengan cara dipukul-pukul dengan menggunakan kayu ulin bulat sebesar jari sampai mengeluarkan darah.

Luka inilah yang akan menjadi tato setelah dibalurkan sale damar. Selain sale damar terkadang juga dicampur dengan emas atau tembaga. Luka tato akan sembuh sekitar seminggu hingga satu bulan lamanya. Untuk membuat tato di sekujur tubuh biasanya dibutuhkan waktu hingga dua tahun, ini disebabkan karena mempertimbangkan rasa sakit yang timbul ketika saat proses tato sedang berlangsung.

Sumber : http://kabarkalbar.com/kesenian-dan-budaya-tato-suku-dayak/
Foto:http://4.bp.blogspot.com/CqIpG5L8vGI/TwJ9_NkyYXI/AAAAAAAAB3A/RzCa2DC6bcQ/s1600/2011-2012_566.jpg

0 komentar:

Posting Komentar