Museum Kalimantan Barat atau dikenal juga sebagai Museum Negeri Pontianak.

Museum Negeri Pontianak berlokasi di Kota Pontianak, Ibu Kota Provinsi Kalimantan Barat, tepatnya di Jl. Jendral Ahmad Yani, Pontianak. Dibangun pada tahun 1975 dan menyimpan benda-benda bernilai historis dari Kalimantan Barat.

Pulau Randayan, salah satu objek wisata di Kalimantan Barat, berada 32 Km dari Kota Singkawang.

Pulau Randayan merupakan salah satu pulau eksotis di Kalimantan Barat, pulau yang memiliki pantai dengan pasir putih dan pemandangan bawah laut yang indah ini sangat cocok untuk olahraga menyelam.

Kuliner khas Kalimantan Barat yaitu Chai Kue atau dikenal juga dengan sebutan Choi Pan.

Chai kue (choi pan) salah satu kuliner khas Pontianak, chai kue ini umumnya dibuat dari adonan tepung beras yang dicampur sedikit sagu/tapioka, dengan isi yang bervariasi mulai dari daun kucai, keladi, hingga bengkoang.

Robo-robo, upacara tolak bala oleh masyarakat Mempawah, Kalimantan Barat.

Upacara robo-robo merupakan upacara tolak bala oleh masyarakay Mempawah, Kalimantan Barat, upacara ini digelar pada hari Rabu pekan terakhir bulan Safar, Hijriah.

Tahun Baru Imlek yang selalu dirayakan oleh masyarakat Tionghoa di Indonesia

Masyarakat Tionghoa di Indonesia setiap tahun merayakan Tahun Baru Imlek yang dimulai pada hari pertama penanggalan Tionghoa dan berakhir pada hari ke lima belas lewat perayaan Cap Go Meh.

Senin, 15 Februari 2016

TRADISI TATO SUKU DAYAK

Melihat orang dengan tubuh bertato bagi sebagian orang merupakan sebuah hal yang tidak wajar atau tabu. Sebagian orang lagi melihat tato sebagai sebuah karya seni yang menarik. Namun bagi orang dari Suku Dayak Kalimantan, tato tidak hanya dipandang sebagai sebuah karya seni saja.

Tato bagi Suku Dayak merupakan seni gambar yang tidak terpisahkan dari tubuh mereka. Tato mempunyai filosofi dan makna yang sakral akan budaya – tradisi Suku Dayak Kalimantan. Namun tidak seluruh Suku Dayak di Kalimantan masih menerapkan tradisi seni tato tubuh ini.

Sebagai contoh, tradisi rajah tabuh ini masih melekat di masyarakat Dayak Iban di Kabupaten Kapuas Hulu, Kalbar. Contoh tato Suku Dayak Iban ini seperti pada Panglima Dayak Edy Barau yang meninggal beberapa waktu lalu. Seluruh bagian tubuh beliau di penuhi dengan goresan seni tato tradisional.

Fungsi tato pada zaman sekarang memang sudah berubah. Dahulu tato tidak dibuat secara sembarangan hanya dibuat pada kaum lelaki yang sudah melakukan banyak perjalanan, berjasa, dan banyaknya memenggal kepala musuh saat berperang (Ngayau). Sekarang tato dibuat secara bebas baik di tubuh lelaki maupun perempuan.

Setiap motif tato memiliki arti yang berbeda dan peletakannya juga tidak boleh dilakukan sembarangan.
Ketika pembuatan tato para keluarga biasanya dilarang keluar rumah agar tidak terjadi sesuatu yang buruk menimpa pemilik tato. Menurut kepercayaan tato berwarna hitam akan berubah menjadi warna emas dan menjadi penerang jalan menuju keabadian setelah mereka mati.

Bentuk dan gambar tato pada Suku Dayak umumnya merupakan perwujudan benda-benda alam seperti burung enggang yang mewakili dunia atas, katak yang mewakili dunia bawah, serta beberapa motif seperti motif bunga terong, cabang pohon dan berbagai bentuk-bentuk lain yang di ambil dari alam. Selain itu dikenal juga tutang bajai (tato buaya), gambar naga, saluang murik, api, palapas langau (sayap lalat), manuk tutang usuk, matan punei (mata burung punei), manuk tutang penang, lampinak (seperi salib), tutang tasak bajai dinding.

Peletakan tato pada tubuh juga mempunyai makna yang berbeda. Seperti pada tato yang terdapat di jari-jemari tangan menunjukkan bahwa si pemilik adalah orang yang banyak berjasa dalam tolong-menolong. Tato Bunga Terung atau bunga terong dengan gambar tali nyawa dibagian tengah merupakan penanda bahwa seorang lelaki dari suku dayak telah memasuki masa usia dewasa. Tato motif muka harimau di bagian paha menunjukkan status sosial yang tinggi bagi pemiliknya. Sedangkan tato bermotif ukir rekong yang terletak di leher berfungsi untuk memberikan kekuatan pada tenggorokan atau berfungsi sebagai pelindung agar tidak di penggal oleh Mandau musuh.

Cara pembutan tato Suku Dayak masih sangat tradisional, menggunakan bahan-bahan alam dan alat manual buatan tangan. Tintan pembuatan tato menggunakan jelaga yang berwarna hitam peka. Sale damardigunakan untuk membaluri luka bekas jarum.

Pembuatan tato tradisional ini tidak kalah menyakitkan dari tato menggunakan mesin. Bagaimana tidak, proses tato tradisional Suku Dayak ini mencacah kulit dengan mata tutang (jarum) dengan cara dipukul-pukul dengan menggunakan kayu ulin bulat sebesar jari sampai mengeluarkan darah.

Luka inilah yang akan menjadi tato setelah dibalurkan sale damar. Selain sale damar terkadang juga dicampur dengan emas atau tembaga. Luka tato akan sembuh sekitar seminggu hingga satu bulan lamanya. Untuk membuat tato di sekujur tubuh biasanya dibutuhkan waktu hingga dua tahun, ini disebabkan karena mempertimbangkan rasa sakit yang timbul ketika saat proses tato sedang berlangsung.

Sumber : http://kabarkalbar.com/kesenian-dan-budaya-tato-suku-dayak/
Foto:http://4.bp.blogspot.com/CqIpG5L8vGI/TwJ9_NkyYXI/AAAAAAAAB3A/RzCa2DC6bcQ/s1600/2011-2012_566.jpg

TRADISI MANGKOK MERAH

Mangkok merah merupakan media persatuan Suku Dayak. Mangkok merah beredar jika orang Dayak merasa kedaulatan mereka dalam bahaya besar. “Panglima” atau sering suku Dayak sebut Pangkalima biasanya mengeluarkan isyarat siaga atau perang berupa mangkok merah yang di edarkan dari kampung ke kampung secara cepat sekali. Dari penampilan sehari-hari banyak orang tidak tahu siapa panglima Dayak itu. Orangnya biasa-biasa saja, hanya saja ia mempunyai kekuatan supranatural yang luar biasa. Percaya atau tidak panglima itu mempunyai ilmu bisa terbang kebal dari apa saja seperti peluru, senjata tajam dan sebagainya.

Mangkok merah tidak sembarangan diedarkan. Sebelum diedarkan sang panglima harus membuat acara adat untuk mengetahui kapan waktu yang tepat untuk memulai perang. Dalam acara adat itu roh para leluhur akan merasuki dalam tubuh pangkalima lalu jika pangkalima tersebut ber “Tariu” ( memanggil roh leluhur untuk untuk meminta bantuan dan menyatakan perang ) maka orang-orang Dayak yang mendengarnya juga akan mempunyai kekuatan seperti panglimanya. Biasanya orang yang jiwanya labil bisa sakit atau gila bila mendengar tariu.

Orang-orang yang sudah dirasuki roh para leluhur akan menjadi manusia dan bukan. Sehingga biasanya darah, hati korban yang dibunuh akan dimakan. Jika tidak dalam suasana perang tidak pernah orang Dayak makan manusia. Kepala dipenggal, dikuliti dan di simpan untuk keperluan upacara adat. Meminum darah dan memakan hati itu, maka kekuatan magis akan bertambah. Makin banyak musuh dibunuh maka orang tersebut makin sakti.

Mangkok merah terbuat dari teras bambu (ada yang mengatakan terbuat dari tanah liat) yang didesain dalam bentuk bundar segera dibuat. Untuk menyertai mangkok ini disediakan juga perlengkapan lainnya seperti ubi jerangau merah (acorus calamus) yang melambangkan keberanian (ada yang mengatakan bisa diganti dengan beras kuning), bulu ayam merah untuk terbang, lampu obor dari bambu untuk suluh (ada yang mengatakan bisa diganti dengan sebatang korek api), daun rumbia (metroxylon sagus) untuk tempat berteduh dan tali simpul dari kulit kepuak sebagai lambang persatuan. Perlengkapan tadi dikemas dalam mangkok dari bambu itu dan dibungkus dengan kain merah.

Menurut cerita turun-temurun mangkok merah pertama beredar ketika perang melawan Jepang dulu. Lalu terjadi lagi ketika pengusiran orang Tionghoa dari daerah-daerah Dayak pada tahun 1967. pengusiran Dayak terhadap orang Tionghoa bukannya perang antar etnis tetapi lebih banyak muatan politisnya. Sebab saat itu Indonesia sedang konfrontasi dengan Malaysia.

Menurut kepercayaan Dayak, terutama yang dipedalaman Kalimantan yang disampaikan dari mulut ke mulut, dari nenek kepada bapak, dari bapak kepada anak, hingga saat ini yang tidak tertulis mengakibatkan menjadi lebih atau kurang dari yang sebenar-benarnya, bahwa asal-usul nenek moyang suku Dayak itu diturunkan dari langit yang ke tujuh ke dunia ini dengan “Palangka Bulau” ( Palangka artinya suci, bersih, merupakan ancak, sebagai tandu yang suci, gandar yang suci dari emas diturunkan dari langit, sering juga disebutkan “Ancak atau Kalangkang” ).

PROSES PENGUBURAN SUKU DAYAK MAANYAN

Sumber : https://imanuelpn.wordpress.com/tradisi-kebiasaan-suku-dayak/
Foto ; https://roythaniago.files.wordpress.com/2011/02/upcr-nyangahatn-manta31.jpg

Minggu, 14 Februari 2016

AMPLANG KULINER KHAS KALIMANTAN BARAT

Perpaduan antara bahan utama dan bumbu rempah yang khas menjadikan camilan ini terasa gurih, lezat, dan renyah saat dimakan. Makanan ringan ini sangat cocok untuk dijadikan camilan saat bersantai maupun pada saat Anda bepergian. Amplang merupakan usaha industri rumahan yang sudah berkembang sejak tahun 1970-an. Usaha produksi Amplang ini kemudian diwarisi secara turun-temurun oleh keluarga pengusaha Amplang sehingga mampu bertahan dari gempuran krisis ekonomi yang melanda Indonesia tahun 1997. Keberhasilan ini tidak lepas dari upaya dan kerja keras para pengusaha Amplang di Kota Ketapang dalam meningkatkan kualitas produknya sehingga camilan ini tetap diminati para pelanggan.

Amplang, bisa jadi akan terus bertahan. Namun namanya pun secara perlahan akan bergeser. Entah akan disebut kuku macan, ataupun nantinya malah menjadi nama baru. Tergantung pada penghargaan warga kota ini terhadap penganan ini. Mencatatkan segala catatan dengan kota ini menjadi penting, karena memori kolektif kota ini sangatlah rapuh, apalagi memori yang dipahami publik adalah memori berdasarkan kehendak pejabat publik. Saat ini, para pengusaha Amplang di Kalimantan Barat khususnya daerah Ketapang tidak hanya memproduksi Ampalang rasa ikan, tetapi juga rasa rumput laut untuk memberi rasa yang berbeda. Meskipun demikian, Amplang Macan tetap menjadi pilihan utama dan paling banyak dicari oleh pemudik maupun wisatawan untuk dijadikan buah tangan. Kelebihan dari Amplang yang satu ini terletak dari bumbunya yang spesial. Seperti halnya Amplang jenis lain, Amplang Macan tidak memakai bahan pengawet sehingga aman untuk dikonsumsi.

Sumber : http://wisatapontianak.com/amplang-kuliner-khas-kalimantan-barat/
Foto:http://wisatapontianak.com/wp-content/uploads/2014/09/da6749705627f2ad7daa3db7dbfa269b_amplang.jpg

LEMPOK DURIAN PONTIANAK

Lempok adalah panganan khas Indonesia yang berasal dari durian. Latar belakang terciptanya panganan lempok tentu adalah karena produksi buah durian yang melimpah terutama saat panen raya durian, sehingga buah durian tidak habis dikonsumsi dalam bentuk buah segar. Sehingga agar tidak terbuang sia-sia tentu buah durian harus diolah menjadi bentuk panganan yang salah satunya adalah berupa lempok yaitu sejenis dodol tetapi tidak menggunakan bahan campuran seperti tepung atau 100% memakai bahan dasar buah durian saja. Jika memakai campuran tepung tentu namanya adalah dodol durian, sedangkan lempok hanya berbahan dasar durian saja. 

Saat ini daerah yang memproduksi panganan lempok ada di dua pulau yaitu Pulau Sumatra dan Pulau Kalimantan. Hal ini dapat dipahami karena di kedua pulau tersebut produksi buah durian melimpah saat musimnya.

Bagi yang pernah datang ke Kota Pontianak dan mencicipi dahsyatnya Lempok Durian Pontianak pasti akan kangen dengan sensasi legitnya Lempok Durian Pontianak. Apabila ingin membeli Lempok Durian Pontianak dari Kota Anda tentu akan kesulitan, karena tidak mungkin ke Pontianak hanya ingin membeli Lempok Durian Pontianak saja bukan ? oleh karena itu www.lempokdurian.com memberikan solusi kepada Anda untuk bisa memesan secara online Lempok Durian Pontianak dan akan mengirimkan Lempok Durian ke Kota Anda ke seluruh penjuru Indonesia bahkan keseluruh dunia jika memungkinkan
Untuk memperoleh Lempok Durian Pontianak sangat mudah. Anda bisa Telepon di nomor : (0561) 7010760 (Fleksi), 08164265265 (Mentari) atau 082151652480 (Simpati), Atau SMS di nomor : 08164265265 (Mentari), atau email ke : bisniseddy@gmail.com atau Chatting via YM : cs_lempokdurian@yahoo.com
Mau tau lebih lengkapnya silahkan kunjungi aja www.lempokdurian.com

Sumber : http://wisatapontianak.com/lempok-durian-pontianak-kalimantan-barat/
Foto : http://wisatapontianak.com/wp-content/uploads/2014/09/Lempokduren.jpg

MUSEUM KALIMANTAN BARAT

Museum Provinsi Kalimantan Barat dirintis sejak tahun 1974 oleh Kantor Wilayah Depdikbud Provinsi Kalimantan Barat melalui Proyek Rehabilitasi dan Perluasan Permuseuman Kalimantan Barat. Fungsionalisasinya diresmikan pada tanggal 4 Oktober 1983 oleh Direktur Jenderal Kebudayaan Depdikbud, sejak itu Museum Provinsi Kalimantan Barat dibuka untuk umum. Ada empat seksi yang bekerja di museum ini, yaitu seksi edukasi , kelembagaan, koleksi ,peralatan. Museum biasanya mengadakan pameran lukisan yang di tampilkan di selasar museum. Biasanya juga mengadakan lomba cerdas cermat setiap tahun , melukis dan lomba mading. Adapun usaha yang dilakukan supaya masyarakat terutama anak sekolah mengetahui bahwa pentingnya budaya, maka museum mengadakan kegiatan sosialisasi. Ada juga kegiatan museum masuk sekolah.

Museum ini menyimpan di antaranya koleksi Geografika/Geologika berupa peta dan jenis batu-batuan; koleksi biologika, arkeologika, historika, numismatika, dan keramologika berupa tempayan, piring, mangkuk, sendok, dll. yang berasal dari China, Vietnam, Jepang, Eropa, dan keramik lokal Singkawang. Selain menampilkan koleksi yang ada di Ruangan Pameran Tetap I, Museum Provinsi Kalimantan Barat juga menampilkan koleksi replika dan miniatur yang berada di plaza Jangkar kapal dagang asing.

Aktivitas Museum meliputi pameran, bimbingan kepada pengunjung, karya tulis, konservasi/preparasi koleksi, survei, pengadaan koleksi, ceramah, sarasehan, sosialisasi, diskusi, penelitian, lomba lukis, cerdas cermat, dll.
Dari adat dayak yang terkesan seram, beralih ke koleksi adat melayu Pontianak. Satu kata yang terucap dari buda’-buda’ pontianak (buda’-buda': panggilan teman-teman atau sekolompok orang sebaya) yaitu ‘GLAMOUR’. Kenapa dikatakan glamour? Karena dari koleksi yang ada di museum ini kebudayaan melayu di pontianak dikaitkan dengan barang-barang mewah semacam gramofon, alat musik yang lengkap yang biasa digunakan musisi-musisi jazz serta kain-kain emas dan perhiasan yang membuat silau mata. Ditunjukkan pula betapa glamournya suatu adat pernikahan masyarakat melayu yang dilengkapi dengan ritual-ritual yang mengiringinya. Yang paling menonjol dan berkesan yakni budaya betangas yang hingga kini masih membudaya, antara lain mandi uap untuk membersihkan kotoran sebelum menikah.

Sumber : http://wisatapontianak.com/museum-negeri-sejarah-budaya-khas-pontianak-kalimantan-barat/
Foto : http://mimbaruntan.com/wp-content/uploads/2013/11/museum-kalbar-sayang-tutup.jpg

ISTANA KESULTANAN KADARIAH PONTIANAK

Setelah berwisata dengan alam  dan taman sesekali jangan lupa untuk mengenal sejarah ya. Berkunjung ke Istana Kadariyah pada sebelah petang. Istana ini merupakan peninggalan kesultanan Pontianak yang didirikan oleh Sultan Syarif Abdurrahman pada 14 Rejab 1185 H bersamaan 23 Oktober 1771M dan terletak 4 km dari pusat kota dan terletak di Kampong Dalam Bugis, Kecamatan Pontianak Timur. Istana ini masih menyimpan berbagai macam benda peninggalan seperti Singahsana, Kaca Pecah Seribu, Al-Quran tulisan tangan dan salasilah keturunan Sultan Pontianak dari sultan pertama, Sultan Sharif Abddurahman Alkadrie hingga kepada sultan kelapan, Sultan Syarif Hamid Alkadrie yang memerintah pada tahun 1945.
Pada bagian depan, tengah,  dan kiri depan istana pengunjug dapat melihat meriam kuno buatan Perancis dan Portugis. Dari sini, pegunjung juga dapat melihat anjungan, sebuah ruangan yang menjorok ke depan yang dulunya digunakan Sultan sebagai tempat peristirahatan atau untuk sekedar menikmati keindahan pemandangan Sungai Kapuas dan Sungai Landak.
Masih di ruangan ini, pengunjung juga dapat melihat  genta,  sebuah alat yang dulunya dipakai untuk penanda adanya marabahaya. Pada aula utama keraton ini juga terdapat cermin antik dari Perancis yang oleh masyarakat setempat disebut “kaca seribu”.Keraton Kadriah juga masih memiliki koleksi benda- benda bersejarah yang cukup lengkap seperti beragam perhiasan yang digunakan secara turun temurun, benda-benda kuno, barang pecah belah, foto keluarga Sultan dan arca- arca.

Kata Pontianak sendiri berasal dari nama hantu wanita dalam bahasa Melayu, yang di Jawa dikenal dengan Kuntilanak. Konon ketika tengah menyusuri sungai kapuas untuk membuka kerajaan baru, di suatu tempat yang kini bernama Batulayang, rombongan kapal kakap Syarif Abdurrahman Alkadrie diganggu hantu-hantu wanita tersebut. Sultan pun menghentikan rombongan dan memutuskan untuk bermalam di tempat itu.

Terlepas dari bagaimanapun kondisi fisik peninggalan bersejarah tersebut saat ini, berdiri kembalinya kesultanan Kadriah menyemburatkan harapan baru hati umat Islam Pontianak. Gerbong peradaban yang didirikan Syarif Abdurrahman itu akan kembali berderak, menyongsong terbitnya fajar baru kejayaan Islam, yang berbasis visi awal kesultanan Kadriah, yakni “tahta untuk dakwah.”

Sumber : http://magazine.happyholiday.travel/tempat-wisata-menarik-di-kalimantan-barat/
Foto : http://stat.ks.kidsklik.com/statics/files/2012/08/1345538411674797639.jpg

TAMAN BUNGA BOUGENVILLE SINGKAWANG

Merupakan taman bunga yang terletak di sebelah selatan, tepatnya di Desa Sijangkung dan berjarak ± 6 km dari kota Singkawang. Posisinya terletak di kaki bukit berlatar belakang Gunung Pasi dan dikelilingi areal hutan dan perkebunan. Taman ini memiliki luas 1,5 ha, walaupun bunga Bougenville yang menjadi tampilan utama, namun terdapat pula beragam bunga-bunga lainnya dan penataan taman yang asri untuk dapat dinikmati keluarga dan muda-mudi. Fasilitas yang disediakan untuk pengunjung relatif telah memberikan kesan “kenyamanan” untuk dinikmati, mulai dari sarana publik seperti tempat parkir, musholla, pondok-pondok tempat bersantai, rest room, cafetaria, kolam renang mini untuk anak-anak hingga hutan homogen yang dinamakan “Area Super Sejuk” dan dapat digunakan untuk area fotografi pengantin, alam dan sebagainya. Dilengkapi keramahan yang menyapa anda dari tiap ruang hingga sajian menu sesuai selera. Datang dan biarkan mata serta jiwa anda menikmati indahnya panorama alam di Taman Bukit Bougenville.

Sumber : http://www.lilytour.com/1/23/experience-indonesia/10-tempat-wisata-di-kalimantan-barat
Foto : http://wisatapontianak.com/wp-content/uploads/2014/08/IMGP0414.jpg

TUGU KHATULISTIWA PONTIANAK

Tugu Khatulistiwa atau Equator Monument berada di Jalan Khatulistiwa, Pontianak Utara, Propinsi Kalimantan Barat. Lokasinya berada sekitar 3 km dari pusat Kota Pontianak, ke arah kota Mempawah. Tugu ini menjadi salah satu ikon wisata Kota Pontianak dan selalu dikunjungi masyarakat, khususnya wisatawan yang datang ke Kota Pontianak. Sejarah mengenai pembangunan tugu ini dapat dibaca pada catatan yang terdapat di dalam gedung. Dalam catatan tersebut disebutkan bahwa : Berdasarkan catatan yang diperoleh pada tahun 1941 dari V. en. W oleh Opzichter Wiese dikutip dari Bijdragen tot de geographie dari Chef Van den topographischen dienst in Nederlandsch- IndiĆ« : Den 31 sten Maart 1928 telah datang di Pontianak satu ekspedisi Internasional yang dipimpin oleh seorang ahli Geografi berkebangsaan Belanda untuk menentukan titik/tonggak garis equator di kota Pontianak Peristiwa penting dan menakjubkan di sekitar Tugu Khatulistiwa adalah saat terjadinya titik kulminasi matahari, yakni fenomena alam ketika Matahari tepat berada di garis khatulistiwa. Pada saat itu posisi matahari akan tepat berada diatas kepala sehingga menghilangkan semua bayangan benda-benda dipermukaan bumi. Pada peristiwa kulminasi tersebut, bayangan tugu akan “menghilang” beberapa detik saat diterpa sinar Matahari. Demikian juga dengan bayangan benda-benda lain disekitar tugu. Peristiwa titik kulminasi Matahari itu terjadi setahun dua kali, yakni antara tanggal 21-23 Maret dan 21-23 September. Peristiwa alam ini menjadi event tahunan kota Pontianak yang menarik kedatangan wisatawan.

Sumber : http://www.lilytour.com/1/23/experience-indonesia/10-tempat-wisata-di-kalimantan-barat
Foto : http://www.kidnesia.com/var/gramedia/storage/images/kidnesia2014/indonesiaku/teropong-daerah/kalimantan-barat/tempat-menarik/tugu-khatulistiwa-di-pontianak/1463958-6-ind-ID/Tugu-Khatulistiwa-di-Pontianak.jpg

WISATA ROHANI BUKIT KELAM


SESUAI dengan namanya, Bukit Kelam sejatinya adalah bukit, karena material yang membentuknya adalah batuan keras. Warga sekitar menganggapnya sebagai batu. Mereka meyakini, Bukit Kelam merupakan bongkahan batu terbesar kedua di dunia. Kawasan Wisata Bukit Kelam berada di wilayah Kecamatan Kelam Permai, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat (Kalbar). Daya tarik objek wisata alam perbukitan, khususnya kawasan wisata alam, dapat dilihat dari kondisi perbukitan itu sendiri yang memiliki keindahan khas. Bukit Kelam berada diantara dua sungai besar yaitu Sungai Melawi dan Sungai Kapuas. Oleh masyarakat sekitar, keberadaan Bukit Kelam dikaitkan dengan legenda Bujang Beji dan Tumenggung Marubai. Bujang Beji dan Tumenggung Marubai merupakan kepala kelompok para penangkap ikan Sintang. Bujang Beji beserta kelompoknya menguasai Sungai Kapuas, sedangkan Tumenggung Marubai beserta kelompoknya menguasai Sungai Melawi. Karena perbedaan hasil tangkapan ikan, muncul niat jahat Bujang Beji untuk menutup aliran Sungai Melawi dengan batu besar. Lalu, ia pergi ke Kapuas Hulu (salah satu kabupaten di Kalbar) untuk mengangkat batu besar yang terdapat di puncak sebuah Bukit di daerah bernama Nanga Silat, dan membawanya ke Sungai Melawi. Namun, di persimpangan Sungai Kapuas dan Sungai Melawi, dewi-dewi dari khayangan menertawakannya beramai-ramai. Tatkala mendongakkan kepala mencari asal suara, tanpa disadarinya, ia menginjak duri beracun. Seketika itu juga, batu yang dipikulnya terlepas dan kemudian terbenam di suatu tempat bernama Jetak. Menurut legendanya, batu besar itu kemudian tumbuh perlahan-lahan menjadi sebuah bukit. Dewasa ini, bukit tersebut dikenal dengan Bukit Kelam, sebuah obyek wisata unik dan eksotik yang sangat dikagumi oleh wisatawan domestik dan mancanegara. Dinamakan Bukit Kelam karena batu-batu yang terdapat di bukit tersebut berwarna hitam. Bukit Kelam sendiri sangat berpotensi untuk dikembangkan sebagai objek wisata lainnya seperti terbang layang dan panjat tebing karena terletak pada ketinggian 50-900 meter dari permukaan laut. Pohon yang tumbuh dikaki bukit umumnya berbatang tinggi, sedangkan dipuncaknya ditumbuhi semak semak. Pada dinding bukit jarang ditumbuhi tumbuhan karena terdiri dari batu terjal sehingga pepohonan yang yang tumbuh dan tertata rapi. Di Bukit ini juga terdapat tumbuh-tumbuhan langka seperti kantong semar raksasa yang oleh masyarakat setempat dipergunakan sebagai wadah untuk menanak nasi, serta terdapat pula anggrek hitam. Hanya saja, kedua tumbuhan tersebut jarang bisa ditemukan. Pendakian ke puncak bukit dapat ditempuh melalui dua cara yakni mengunakan tangga atau melalui tebing batu yang sangat terjal dan menantang. Luas wisata Bukit Kelam sendiri sekitar 520 hektar. Udaranya sangat sejuk sehingga cocok untuk rekreasi keluarga. Di wilayah ini juga memiliki rentetan perbukitan lainnya, Bukit Luit dan Bukit Rentab. Ketika berada di puncak bukit, Anda dapat melihat kota Sintang dari kejauhan. Kesejukan udara di puncak bukit ini dapat membuat kita semakin betah untuk tinggal sejenak. Bagi pecinta alam, puncak bukit ini seringkali dijadikan area perkemahan. Wisata Rohani Bukit Kelam Di sekitar Bukit Kelam, juga terdapat kawasan Wisata Rohani. Kawasan Wisata Rohani ini diresmikan oleh Gubernur Kalimantan Barat Drs Cornelis, MH pada tanggal 3 Mei 2008. Terletak menyatu di dalam kawasan wisata Bukit Kelam, obyek wisata ini turut melengkapi pilihan bagi wisatawan selain menikmati indahnya air terjun dan panorama bukit batu nan indah. Kawasan Wisata Rohani Bukit Kelam ini diprakarsai oleh Keuskupan Sintang sebagai salah satu sarana keagamaan umat di Sintang dan juga Kalbar. Pada hakekatnya Kawasan Wisata Rohani dimanfaatkan sebagai tempat ziarah, berdoa dengan khusyuk, dan untuk melaksanakan retret (pembinaan rohani). Oleh karena itu, biasanya kawasan wisata ini ramai dikunjungi pada hari besar seperti Natal, Paskah dan selama bulan Maria. Di Kawasan Wisata Rohani Bukit Kelam juga dilengkapi sebuah rumah retret bernama Temenggung Tukung. Kawasan Wisata Rohani Bukit Kelam ini terletak lebih kurang 30 km dari kota Sintang. Jika ditempuh dengan kendaraan roda empat akan memakan waktu sekitar 45 menit. Namun perjalanan itu terasa pantas untuk dapat menikmati panorama nan mengagumkan di Kawasan Wisata Rohani Bukit Kelam. 

Sumber : http://www.kompasiana.com/richardo/kemegahan-bukit-kelam-di-sintang_5500d32ba333119f6f5124d4

GOA MARIA TOHO

Bicara masalah Toho, yang paling terkenal pasti Goa Maria Ratu Toho.

Daerah ini merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Pontianak, Kalimantan Barat, Indonesia. Terkenal  sebagai Desa Ziarah dan Wisata Rohani, daerah ini ramai dikunjungi pada Bulan Maria yang jatuh pada bulan Mei dan Oktober setiap tahunnya, berjarak sekitar 77km dari Pontianak, hanya memakan perjalanan sekitar 1 jam dari Pontianak.

Goa Maria Ratu Toho dibangun diatas lahan hibah seluas kurang lebih 40ha, tepatnya di Desa Terap, Kecamatan Toho, Kabupaten Pontianak, Kalimantan Barat. Dengan lahan seluas itu, dibangun Goa Maria dan Jalan Salib yang dilengkapi dengan patung-patung Stasi yang dibuat seperti aslinya, tersedia Pondok Istirahat serta Pondok Rosario. Kedepannya rencananya akan dibangun Rumah Retret dan Taman Miniatur Gedung Sejarah Gereja yang merupakan pertaman di Indonesia dan dunia.

Sumber : http://wesajelajahindonesia.blogspot.co.id/2011/10/toho.html